Beberapa waktu lalu heboh kabar mengenai ayah Ayu Ting Ting yang dinilai melakukan body shaming kepada Nagita Slavina. Tudingan tersebut bermula dari Abdul Rozak yang mengomentari anaknya yang dituding tukang plagiat. Merasa kesal, Abdul Rozak pun terlihat membela Ayu Ting Ting.
Abdul Rozak menyebut bahwa gaya fashion Korea anaknya memang sudah sedari dulu. Dirinya pun mengomentari bentuk tubuh anaknya yang dianggap bagus. Hal itu yang membuat banyak pihak menuding ayah Ayu Ting Ting itu telah melakukan body shaming.
Dengan scrub lembut yang sangat efektif mengangkat kotoran dan sel kulit mati. Diperkaya dengan ekstrak alami yang menutrisi kulit agar sehat dan bercahaya alami. Tersedia 3 varian: Susu : diperkaya dengan ekstrak susu yang kaya akan protein untuk meregenerasi sel kulit. Teh Hijau: diperkaya dengan ekstrak teh hijau untuk melembabkan dan menjaga kulit Anda lebih muda. Yambean: diperkaya dengan ekstrak Yambean yang dipercaya dapat membuat kulit terlihat lebih putih dan cerah.
“Ayu mah nggak pernah plagiat sama orang. Dia mah dari dulu jadi artis Korea style. Kita lihat dulu keadaan badannya. Cocok nggak yang diplagiatin sama anak saya? Bener-bener cantik, badan juga bagus. Siapa dulu yang diplagiatin. Ngaca dulu kali yah,” terang Abdul Rozak dalam sebuah tayangan YouTube Indosiar.
Pernyataan dari Abdul Rozak itu yang kemudian membuatnya jadi banjir kritikan. Tak sedikit netizen yang merasa kesal lantaran ayah 2 anak itu turut mengomentari dan membawa-bawa fisik atau bentuk tubuh seseorang.
Sebenarnya Body Shaming Itu Apa Sih?
Seperti dikutip dari Mind Shift Psychological Services, body shaming dapat digambarkan sebagai tindakan mengejek atau mempermalukan seseorang karena penampilan fisiknya. Seperti, karena bentuk, ukuran, warna kulit, warna rambut, dan penampilan umumnya.
Body shaming sendiri bisa terjadi pada siapa saja, baik yang bertubuh gemuk maupun kurus. Hal itu terjadi karena standar kecantikan yang berada di masyarakat. Misalnya, wanita langsing dianggap lebih menarik daripada yang gemuk.
Body shaming sendiri bisa dianggap sebagai salah satu bentuk intimidasi. Tak hanya menghina orang yang kelebihan berat badan, melainkan juga yang kekurangan berat badan. Bahkan terkadang walaupun diucapkan secara tidak serius atau bercanda, body shaming tetap terasa menyakitkan.
Mengapa Seseorang Melakukan Body Shaming?
Body shaming adalah tindakan meledek atau menghina fisik seseorang. Menurut psikolog Tara de Thouars, BA, M.psi., ada hubungan mengenai perilaku body shaming dengan sifat seseorang. Psikolog wanita lulusan University of Queensland ini melihat dari sisi psikologis dan menjelaskan bagaimana sesungguhnya kepribadian pelaku body shaming. Berikut ini 2 sifat para pelaku body shaming menurut Tara.
1. Orang Yang Merasa Kurang
Menurut psikolog wanita ini, orang yang melakukan body shaming adalah orang yang sebenarnya penuh ketakutan akan dirinya sendiri. Mereka menganggap dirinya kurang sehingga mereka akan merasa lebih baik setelah menjatuhkan orang lain.
“Pelaku body shaming adalah orang yang insecure, dia merasa kurang akan dirinya sehingga dia merasa harus menjatuhkan orang lain,” kata Tara.
2. Orang Dengan Banyak Kemarahan
“Selain insecure, pelaku body shaming juga memiliki banyak anger, banyak kemarahan tentang dirinya sendiri, tentang lingkungannya, tentang situasi di sekelilingnya sehingga dia ingin mengeluarkan agresinya kepada orang lain. Karena body shaming adalah perilaku agresi, meledek orang, membully orang,” kata Tara.
Tara juga mengatakan bahwa tidak semua perkataan yang dikatakan oleh pelaku adalah hal yang benar. Hinaan yang mereka berikan hanya sebatas untuk membuat diri mereka merasa lebih baik. Oleh sebab itu, kita tidak perlu terpengaruh dengan kata-kata hinaan tersebut.
Kapan Seseorang Bisa Disebut Melakukan Body Shaming?
Perilaku body shaming sendiri ternyata banyak bentuknya. Tak hanya dengan cara frontal seperti mengejek atau berkomentar negatif mengenai bentuk tubuh saja. Berikut ini beberapa ciri-ciri seseorang bisa disebut telah melakukan body shaming.
Mengungkapkan Keprihatinan Terhadap Bentuk Tubuh Seseorang
Ungkapan seperti, “Punya badan jangan terlalu gemuk, nanti bisa kena diabetes” atau “Coba diet supaya badan kamu lebih sehat dan nggak gampang sakit,” mungkin terkesan menunjukkan kepedulian atau perhatian. Tapi sebenarnya itu masuk kategori body shaming secara tak langsung.
“Beranggapan bahwa seseorang yang kelebihan berat badan itu tidak sehat, dietnya asal-asalan atau malas adalah sebuah prasangka dan ketidakpekaan. Mungkin saja mereka mengalami gangguan kesehatan, dan sebenarnya sudah menjalani gaya hidup sehat. Tapi kan mereka tidak harus memberitahumu tentang itu. Kecuali mereka membahasnya lebih dulu, kamu harus berhenti tanya-tanya,” ujar Darrell Freeman, pendiri brand pakaian plus-size CurveWOW, seperti dikutip dari Independent.
Ekspresi Kaget Ketika Ada Orang Gemuk Olahraga
Berakting terkejut atau bahkan memberi selamat ketika tahu orang yang kelebihan berat badan berolahraga, tanpa disadari adalah sebuah bentuk body shaming atau lebih spesifiknya, fat shaming.
Orang gemuk atau kelebihan berat badan masih tetap bisa berolahraga dan melakukan berbagai aktivitas intens. Maka sebaiknya jangan memberi selamat atau berlaku kaget saat temanmu yang kelebihan berat badan memutuskan untuk olahraga demi kesehatannya.
Memberi Saran Soal Pakai Baju
Menyarankan teman bagaimana dia harus berpakaian agar terlihat lebih langsing atau nyaman beraktivitas bukannya membantu, tapi justru sebuah praktik body shaming yang mungkin bisa membuat tersinggung. Kecuali dia sendiri yang meminta saran berbusana dari kamu.
“Dengan begitu menyiratkan bahwa mereka tidak bisa memakai baju tertentu dan harus berbusana dengan cara-cara tertentu sesuai ukuran tubuh mereka. Boleh saja bersikap jujur dan membantu tapi jangan kamu yang memutuskan apa yang boleh dan tidak untuk dia pakai,” tambah Darrell.
Menghakimi Cara Diet Seseorang
Apa yang orang ingin pakai, lakukan atau makan, adalah hak dan kebebasan mereka, terlepas dari apakah itu baik atau tidak bagi mereka. Bukanlah tempat bagi kamu untuk memutuskan apakah orang gemuk harus makan yoghurt atau es krim.
“Bagaimana orang bisa merasa bahagia dan percaya diri jika mereka terus-terusan ditekan untuk diet menurunkan berat badan?” kata Darrell.
Pujian yang Tidak Pada Tempatnya
“Wow, kamu cantik yang sekarang. Berat badanmu turun berapa kilo?”
“Kamu nggak gemuk kok, kamu cantik.”
Sekilas dua kalimat di atas terkesan seperti memuji. Tapi komentar yang tampaknya ‘positif’ itu justru bisa dianggap sebaliknya. Dengan mengatakan ‘kamu nggak gemuk, kamu cantik,’ menyiratkan bahwa bertubuh gemuk itu memang sesuatu yang tidak baik. Artinya, ‘seseorang tidak bisa bertubuh gemuk dan dianggap cantik’. Padahal kasusnya tidak selalu seperti itu. Seseorang bisa terlihat cantik dan bertubuh gemuk di saat yang bersamaan.
Skinny Shaming
Body shaming tidak hanya terjadi pada orang gemuk, tapi juga kurus. Perlu diingat, mengomentari tubuh orang dengan ‘terlalu kurus’, ‘kurang gizi’ atau ‘banyak makan supaya sehat’ juga merupakan bentuk body shaming.
Sebelum berkomentar atau mengejek tubuh seseorang terlalu kurus atau ceking, ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui. Sebagian orang memiliki metabolisme tubuh yang cepat sehingga sulit bagi mereka untuk naik berat badan. Ada pula yang memang suka berolahraga hampir setiap hari sehingga tubuh mereka selalu terlihat kurus, dan mungkin juga karena mengalami gangguan pola makan dan sedang menjalani perawatan intensif. Kamu tidak akan pernah tahu, dan tidak perlu tahu jika mereka memang tidak ingin membeberkannya.
Kamu Lumayan Cantik untuk Ukuran…
“Kamu lumayan cantik ya untuk ukuran orang gemuk. Orang yang kulitnya hitam. Orang Asia. Orang kurus.”
Perkataan seperti itu menunjukkan kalau standar kamu terhadap istilah ‘cantik’ sangatlah dangkal. Cantik bukan hanya milik wanita bertubuh ramping, berkulit putih atau berambut hitam-lurus. Tapi kecantikan bisa datang dalam berbagai bentuk, warna kulit dan ukuran tubuh.